Rabu, 26 Juni 2013

HADIS DAN ILMU DAKWAH



KREDIBILITAS KOMUNIKATOR (HADITS DAKWAH)

I.                   PENDAHULUAN

Komunikasi Islam sebagai suatu dakwah, malaksanakan amar ma’ruf nahi munkar adalah salah satu kewajiban bagi seluruh muslim dimanapun mereka berada menurut kemampuannya. Hal ini pula dapat menjadi sebuah kewajiban bagi umat secara keseluruhan.
Komunikasi sebagai proses berhubungan antar individu atau antar kelompok yang tak lepas dari komponen komunikator. Sebuah komunikasi bisa diisi oleh orang-orang yang berkualitas dalam mengungkapkan pesan. Komunikator yang berkualitas tersebut tidak akan dikuasai jika tidak memenuhi kriteria seorang komunikator.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلاَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنٍ أُجُوْرِ هِمْ شَيْأً, وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةِ كَانَ عَلَيْهِ مِنَاْلإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُلَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آ ثَا مِهِمْ شَيْأَ.
Barangsiapa mengajak kepada petunjuk, ia berhak memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, ia mendapat dosanya seperti dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka. (HR. Muslim, Malik, Abu Daud,dan Turmudzi)[1].
Dari hadits diatas dapat dipahami bahwa komunikasi dapat berbentuk berbagai macam, seperti ucapan, ajakan, perintah,percakapan dan sebagainya. Berdasarkan penuturan Al-Mursyid, dakwah adalah sistem dalam menegakkan penjelasan kebenaran, kebaikan, petunjuk ajaran, memerintahkan perbuatan ma’ruf, mengungkapkan media-media kebatilan dan metode-metodenya dengan macam-macam pendekatan, metode, dan media dakwah.
Komunikasi sebagai proses individu/seseorang (komunikator) yang mengirimkan stimulus (biasanya dalam bentuk verbal/ kata kata) untuk memberikan pengaruh atau memodifikasi tingkah laku orang lain  (komunikan) [Sosiolog Hovland, Janis dan Kelley, dan Ruben]. Oleh karena itu penulis akan membahasnya dalam makalah yang berjudul Komunikator dalam Proses Komunikasi.

II.                RUMUSAN MASALAHAN

A.       Pengertian Kredibilitas
B.       Kredibilitas Komunikator dan Sumber
C.       Sifat-Sifat yang Harus Dimiliki Seorang Komunikator

III.             PEMBAHASAN

A.       Pengertian Kredibilitas
Menjadi komunikator atau orang yang pertama memberikan pesan/ide/gagasan dalam suatu proses komunikasi itu memang tak mudah. Sering kita lihat beberapa tokoh politik mengiklankan dirinya di media massa besar-besaran dan tentu saja besar pula biayanya, pesan-pesannya sama sekali tak digubris oleh khalayak. Hal itu disebabkan salah satu faktor yaitu kredibilitas komunikator di mata komunikan (khalayak). Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki komunikator sehingga diterima atau diikuti oleh komunikan (penerima pesan). Gobbel, Menteri Propaganda Jerman dalam perang Dunia II mengatakan bahwa untuk menjadi komunikator yang efektif harus memiliki kredibilitas yang tinggi.
Kredibilitas menurut Aristoteles, bisa diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos, pathos dan logos.Ethos adalah kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya dapat dipercaya. Phatos ialah kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos ialah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya.
Sedangkan James Mc-Croskey menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber  dari kompetensi (competence), sikap (charracter), tujuan (intention), kepribadian (personality), dan dinamika (dynamic). Kompetensi ialah penguasaan yang dimiliki oleh seorang komunikator pada masalah yang dibahasnya. Seorang dokter misalnya lebih berkompeten bicara tentang kesehatannya daripada seorang Insinyur Teknik Sipil, begitu juga sebaliknya. Sikap ialah menunjukkan pribadi komunikator, apakah ia tegar atau toleran dalam sebuah prinsip. Tujuan menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan seorang komunikator punya maksud baik atau tidak. Kepribadian menunjukkan apakah pembicara memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat. Sedangkan dinamika adalah menunjukkan apakah hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan komunikan.
Menurut bentuknya kredibilitas dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu :
1.        Initial Credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh komunikator sebelum proses komunikasi berlangsung, misalnya pembicara yang sudah punya nama bisa mendatangkan banyak pendengar, atau tokoh terkenal macam GusDur tulisannya pasti akan dimuat di surat kabar, meski editornya belum membacanya.
2.        Derived Credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh seseorang pada saat komunikasi berlangsung. Misalnya seorang SBY memperoleh tepukan dari masyarakat, karena pidatonya yang disampaikan bersifat menyenangkan hati para pendengarnya (masyarakat).
3.        Terminal Credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh seorang komunikator setelah pendengar atau pembaca mengikuti ulasanya. Seorang komunikator yang ingin memperoleh kredibilitas perlu memiliki pengetahuan yang dalam, pengalaman yang luas serta adanya kekuasaan yang dipatuhi dalam status sosial yang dihargai[2].
Jadi pada dasarnya kredibilitas seorang komunikator bisa berubah jika terjadi perubahan khalayak, topik dan waktu. Artinya kredibilitas seorang pembicara pada suatu tempat belum tentu bisa  sama di tempat lain, kalau khalayaknya berubah. Demikian pula halnya dengan perubahan topik dan waktu, dalam hal ini komunikator bisa saja menguasai topik tertentu, tapi belum tentu dengan topik lain.  Begitu juga seorang pembicara yang sebelumnya memiliki kekuasaan bisa didengar oleh orang lain, tetapi ketika ia tidak berkuasa orang tidak mau lagi mendengarnya. Banyak kasus yang terjadi di Indonesia, contohnya dulu ketika mantan Menteri Penerangan Harmoko berkuasa, pers selalu memburunya. Sekarang ketika tak berkuasa, siapa peduli. Dan sebentar lagi musim kampanye tiba, tentu krdibilitas sangat penting bagi para juru kampanye!
B.       Kredibilitas Komunikator dan Sumber[3]
Konsep kredibilitas menurut Kiousis (dalam Jurnal Mass Communication and Society, Nov.4, 2001) secara umum terbagi dua, yaitu; kredibilitas sumber dan kredibilitas medium. Kredibilitas sumber (source credibility) meliputi konteks-konteks antarpribadi, organisasi, dan media massa, telah terlibat dalam pengkajian mengenai bagaimana ciri-ciri komunikator yang berbeda-beda dapat mempengaruhi pemrosesan pesan (O’ Keefe, 1990).
1.    Kredibilitas Komunikator
Komunikator didefinisikan sebagai seorang individu, kelompok atau organisasi. Dalam penelitian tersebut, dampak atribut isi dan pesan pada kredibilitas sumber juga telah dikaji (Charprasert, 1993). Sebaliknya penelitian pada kredibilitas medium telah memfokuskan pada saluran (channel) yang menyalurkan isi (Newhagen, 1997). 
Urgensinya komunikasi Islam sebagai suatu dakwah yang merupakan kewajiban bagi seluruh muslim dimanapun mereka berada, maka seorang komunikator yang menyampaikan Dakwahnya harus dituntut agar mampu mengolah, dan mengatur setiap hal yang bersangkutan dengan pelaksanaan dakwahnya, seperti mahir dalam memilih metode, pesan, dan mengetahui keadaan masyarakat yang akan menerima pesan dakwahnya.
عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِي صلى الله عليه و سلم اَنَّهُ كَانَ اِذَا تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَعَادَهَا ثَلَاثًا حَتَّى تَفْهَمَ.
“Dari Anas: dari Nabi SAW bahwa sesungguhnya Nabi apabila mengucapkan suatu kata-kata diulangnya sampai tiga kali, sehingga orang mangerti maksudnya”.(HR.Bukhori)[4]
Dari hadits diatas dapat diambil pengertian bahwa Rasulullah ialah contoh seorang Komunikator yang mempunyai Kredibilatas yang tinggi.
2.    Kredibilitas Sumber
Penelitian awal pada kredibilitas mencari tahu bagaimana modifikasi pada karakteristik-karakteristik sumber mempengaruhi keinginan orang mengubah sikapnya terhadap isu-isu tertentu (Hovland, Janis, & Kelley, 1953). Hovland dkk menemukan bahwa keahlian dan kredibilitas sumber dianggap sebagai dua atribut penting dari kredibilitas sumber. Meskipun demikian mereka juga mengakui bahwa  dampak pesan dapat juga tergantung  publikasi atau saluran tertentu. 
Berlo dkk, setelah melakukan serangkaian analisis faktor terhadap differential scales, menyimpulkan bahwa kredibilitas sumber memiliki tiga dimensi; keselamatan, kualifikasi dan kedinamisan.  Sementara itu, Whitehead (1968) menambahkan faktor kompetensi dan obyektivitas sebagai komponen penting kredibilitas. Melihat kenyataan ini dapat dikatakan bahwa para ilmuwan belum memiliki kata sepakat mengenai kredibilitas sumber (Kiousis, 2001; 383).  
Dari semua ide dari para ilmuwan tersebut maka akan kita dapatkan bahwa kredibilitas sumber berkaitan dengan beberapa faktor, yaitu: 1) keahlian dan kredibilitas, 2) keselamatan, kualifikasi dan kedinamisan, dan 3) kompetensi dan obyektivitas.
C.       SIFAT-SIFAT YANG HARUS DIMILIKI SEORANG KOMUNIKATOR
1.    Pengertian dan Karakteristik Komunikator
Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak. Dalam khazanah ilmu komunikasi, komunikator (communicator) bisa juga bertukar peran sebagai komunikan atau penerima pesan sehingga komunikator yang baik juga harus berusaha menjadi komunikan yang baik. Seorang sumber bisa menjadi komunikator/pembicara. Sebaliknya komunikator/pembicara tidak selalu sebagai sumber. Bisa jadi ia menjadi pelaksana (eksekutor) dari seorang sumber untuk menyampaikan pesan kepada khalayak. Pengirim adalah orang yg menyuruh untuk menyampaikan.
Ø  Komunikator dibagi dalam dua tipe utama:
a.    Komunikator dengan Cintra Diri Sendiri (The Communicator’s Self Image)
Komunikator tipe ini lebih mengutamakan kepentingan dirinya sendiri. Proses pengiriman pesan didasarkan atas keinginan sang komunikator. Mereka mengukur kesuksesan komunikasi dari segi kesuksesan mencapai target sasaran secara kuantitatif.
Contoh :
Dalam sebuah seminar sekelompok panitia merasa berhasil dan bangga ketika seminar itu dihadiri oleh banyak audience, tapi mereka tidak memperdulikan apakah audience memahami apa yang disampaikan komunikator atau apakah ada feedback  atau respon dari audience.
b.    Komunikator Dengan Citra Khalayak (The communicators image of the audience)
Ø Komunikator dengan citra atau kepentingan khalayak adalah komunikator yang mencoba memahami kebutuhan audiens. Mereka sedapat mungkin memperoleh empati dengan hal-hal yang diinginkan oleh khalayak.
Komunikator tipe ini terbagi atas:
i)          Paternalisme (paternalism). Hubungan antara komuikator dengan audiens seperti hubungan ayah dan anak. Komunikator menganggap fungsi mereka adalah untuk mendidik dan menginformasikan audiens, semenatara kebutuhan subjektif, kepentingan dan kesukaan diri mereka tidak terlalu menjadi perhatian.
Contoh:
Iklan layanan masyarakat, misalkan wajib belajar 9 tahun, program KB dll
ii)        Spesialisasi (specialization) ini merupakan proses yang menjadikan komunikator sebagai bagian dari khalayak yang kepentingan dan kebutuhannya diketahui.
iii)      Profesionalisasi (profesionalization). Efek ini menyebabkan komunikator berpikir bahwa mereka kompeten untuk memutuskan isi media dan mengetahui lebih baik apa yang seharusnya dilakukan untuk khalayak.
Contoh:
Editor, Redaktur pelaksana sebuah majalah/Koran, Dosen dll
iv)      Ritualisme (ritualism). Komunikator tidak melakukan apa pun yang melebihi usaha mereka menciptakan keadaan menyenangkan audiens. Mereka menjadikan kumunikasi sebagai alat untuk membangun atau memperkuat kebersamaan diantara target khalayak.
Contoh:
Informasi Pelaksanaan kerja bakti diLingkungan, ceramah dalam mimbar-mimbar keagamaan.
2.    Syarat-Syarat Komunikator
a.    Amanah[5]
Amanah (terpercaya) adalah sifat utama yang harus dimiliki seorang Da’i sebelum sifat-sifat yang lain. Jika anda renungkan,maka anda dapatkan ia merupakan sifat yang dimiliki oleh seluruh nabi dan rasul. Karena amanah selalu bersama bersamaan dengan Ash-shidq (kejujuran), maka tidak ada manusia jujur yang tidak terpercaya, dan tidak ada manusia terpercaya yang tidak jujur. Kejujuran merupakan hiasan para nabi dan orang-orang saleh.
b.   Shidq
Adapun shidqyang berarti kejujuran dan kebenaran, termasuk di antara sifat-sifat dasar yang menjelaskan potensi dasar seorang pelopor perjuangan.
Rasulullah Saw bersabda,
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى اْلبِرَّ وَإِنَّ اْلبِرَّ يَهْدِيْ اِلَى اْلجَنَّةَ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُوْنُ صِدِّيْقًا, وَإِنَّ اْلكَذِبَ يَهْدِيْ اِلَى اْلفُجُوْرِ وَإِنَّ اْلفُجُوْرَ يَهْدِيْ اِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَى يُكْتَبَعِنْدَ اللهِ كَذَّابًا.
“Sesungguhnya kejujuran itu mengantarkan kepada kebajikan dan kebajikan itu mengantar ke surga. Seseorang bersikap jujur sehingga  Allah menetapkannya sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya dusta itu mengantarkan kepada perbuatan dosa dan dosa itu mengantarkan ke neraka. Seseorang bersikap dusta sehingga Allah menetapkannya sebagai pendusta. (HR. Bukhori dan Muslim).”[6]
Dari hadits diatas kita akan memahami dan mengerti betapa pentingnya kejujuran itu bagi seorang komunikator atau da’i dan juga bagi umat muslim secara menyeluruh. Dan Allah juga akan memberi pahala yang setimpal dengan perbuatan kejujuran tersebut kepada setia manusia.
c.    Rahmah, dan Rifq[7]
Seorang da’i wajib mengetahui bahwa risalah yang diembannya untuk seluruh manusia ini adalah risalah rahmah (kasih sayang), sebagaimana ditegaskan dalam Al-qur’an yang ditunjukkan kepada Rasulullah Saw,
!$tBurš»oYù=yör&žwÎ)ZptHôqyšúüÏJn=»yèù=Ïj9ÇÊÉÐÈ
107. dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Barangsiapa yang ingin mendakwahi manusia ke jalan Rahmah, hendaklah ia bersikap kasih sayang terhadap objek dakwah. Karena orang yang bersikap kasih sayang itu akan mendapat kasih sayang dari Allah yang Maha Rahman, dan barangsiapa bersikap kasih sayang terhadap orang-orang yang ada di bumi, dia akan dikasihi oleh yang ada di langit.
Adapun Rifqialah lemah lembut. Setiap da’i harus memiliki sifat rifq agar mampu mengendalikan emosi dan perasaannya. Allah SWT itu Maha Lembut. Dia menyukai kelembutan, dan memberi kelembutan itu apa yang tidak diberikannya atas kekerasan, dan apa yang tidak diberikannya atas selainnya. Rasulullah Saw bersabda kepada ‘Aisyah r.a.
عَلَيْكِ بِالرِّفْقِ وَ إِيَّاكِ وَاْلعُنْفَ وَاْلفُحْشَ.
“Hendaklah kamu bersikap lemah-lembut dan janganlah bersikap kasar dan keji. (HR. Bukhari).”
Diperlukan persyaratan tertentu untuk para komunikator dalam sebuah program komunikasi, baik dalam segi sosok kepribadian maupun dalam kinerja kerja. Dari segi kepribadian, agar pesan yang disampaikan bisa diterima oleh khalayak maka sseorang komunikator mempunyai hal berikut: 
d.   Kepandaian
Komunikator yang menguasai teknik bicara & menulis surat memilih simbol/lambang yang tepat. Cukup membangkitkan minat pendengar,pembaca & dapat memberikan keterangan-keterangan secara sistematis serta mudah ditangkap.
e.     Sikap komunikator
Sikap sombong, angkuh menyebabkan pendengar muak dan menolak uraian dari komunikator.Sikap ragu-ragu menyebebkan pendengar kurang percaya terhadap uraian komunikator.Tetapi sokap tegas akan menyebabkan pendengar percaya dan sikap ini harus bersumber pada hubungan kemanusiaan (human relaton).Makin baik hubungan kemanusiaannya makin lancarlah komunikasi.
f.    Pengetahuan Komunikator
Komunikator yang kaya akan pengetahuan dan menguasai secara mendalam apa yang akan disampaikan akan lebih mudah menyampaikan uraian-uraian yang mudah menemukan contoh-contoh, sehingga komunikasinya makin lancar.
g.   Sistem sosial
Dalam hal ini ada dua macam sistem sosial, yaitu :
1.    Sistem sosial yang bersifat formal (organisasi)
2.    Sistem sosial nonformal (susunan masyarakat biasa)
h.    Keadaan lahiriah komunikator
Terutama dalam komunikasi lisa, suara yang mantap, ucapan yang jelas, lagak lagu yang baik, serta gerakan tangan yang sehat dapat mendukung pembicaraan. 
i.     Memiliki kedekatan  dengan khalayak.
Jarak seseorang dengan sumber memengaruhi perhatiannya pada sepsan tertentu. Semakin dekat jarak semakin besar pula peluang untuk terpapar pesan itu. Hal ini terjadi dalam arti jarak secara fisik ataupun secara sosial.
Kesamaan (similirity) merupakan faktor penting lainnya yang memengaruhi penerimaan pesan oleh khalayak. Kesamaan ini antara lain meliputi gender, pendidikan, umur, agama, latar belakang sosial, ras, hobi, dan kemampuan bahasa. Kesamaan juga bisa meliputi maslah sikap dan orientai terhadao berbagai aspek seperti buku, musik, pakaian, pekerjaan, keluarga, dan sebagainya. Preferensi khalayak terhadap seorang komunikator berdasarkan kesamaan budaya, agama, ras, pekerjaan, dan pendidikan berpengaruh terhadap proses seleksi, interpretasi, dan pengingatan pesan sepanjang hidupnya.
Dikenal kredibilitasnya dan otoritasnya. Khalayak cenderung memerhatikan dan mengingat pesan dari sumber yang mereka percata sebagai orang yang memiliki pengalaman dan atau pengetahuan yang lias. Menurut Ferguson, ada dua faktor kredibilitas yang sangat penting untuk seorang sumber: dapat dipercaya (trustworthiness) dan keahlian (expertise). Faktor-faktor lainnya adalah tenang/sabar (compusere), dinamisn, bisa bergaul (sociability), terbuka (extroversion) dan memiliki kesamaan dengan audiens.
Menunjukkan motivasi dan niat. Cara komunikator menyampaikan pesan berpengaruh terhadap audiens dalam memberi tanggapan terhadap pesan tersebut. Respon khlayak akan berbeda menanggapi pesan yang ditunjukkan untuk kepentingan informasi (informative) dari pesan yang diniatkan untuk meyakinkan (persuasive) mereka.
Pandai dalam cara penyampaian pesan  Gaya komunikator menyampaikan (delivery) pesan juga menjadi faktor penting dalam proses penerimaaninformasi.

IV.             KESIMPULAN

Kredibilitas menurut Aristoteles, bisa diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos, pathos dan logos. Ethos adalah kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya dapat dipercaya. Phatos ialah kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos ialah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya.
Sedangkan James Mc-Croskey menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber  dari kompetensi (competence), sikap (charracter), tujuan (intention), kepribadian (personality), dan dinamika (dynamic). Kompetensi ialah penguasaan yang dimiliki oleh seorang komunikator pada masalah yang dibahasnya. Seorang dokter misalnya lebih berkompeten bicara tentang kesehatannya daripada seorang Insinyur Teknik Sipil, begitu juga sebaliknya. Sikap ialah menunjukkan pribadi komunikator, apakah ia tegar atau toleran dalam sebuah prinsip. Tujuan menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan seorang komunikator punya maksud baik atau tidak. Kepribadian menunjukkan apakah pembicara memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat. Sedangkan dinamika adalah menunjukkan apakah hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan komunikan.

V.                PENUTUP

Demikianlah makalah yang dapat kami buat, tentu didalamnya masih banyak kesalahan kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini, atas perhatiannya saya ucapkan banyak terimakasi, semoga makalah ini bisa bermanfaat. Amin.



[1] Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah (Solo: Era Intermedia, 2005)hlm.65
[4] R. Agus Toha Kuswata, Komunikasi Islam, (Jakarta: Arikha Media Cipta, 1990) Hlm.111
[5]Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah (Solo: Era Intermedia, 2005)hlm. 74
[6] Ibid. Hlm. 76
[7] Ibid. Hlm. 87