KREDIBILITAS KOMUNIKATOR (HADITS DAKWAH)
I. PENDAHULUAN
Komunikasi Islam sebagai suatu dakwah,
malaksanakan amar ma’ruf nahi munkar
adalah salah satu kewajiban bagi seluruh muslim dimanapun mereka berada menurut
kemampuannya. Hal ini pula dapat menjadi sebuah kewajiban bagi umat secara
keseluruhan.
Komunikasi sebagai proses berhubungan
antar individu atau antar kelompok yang tak lepas dari komponen komunikator.
Sebuah komunikasi bisa diisi oleh orang-orang yang berkualitas dalam
mengungkapkan pesan. Komunikator yang berkualitas tersebut tidak akan dikuasai
jika tidak memenuhi kriteria seorang komunikator.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلاَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ
تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنٍ أُجُوْرِ هِمْ شَيْأً, وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةِ
كَانَ عَلَيْهِ مِنَاْلإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُلَا يَنْقُصُ ذَلِكَ
مِنْ آ ثَا مِهِمْ شَيْأَ.
Barangsiapa
mengajak kepada petunjuk, ia berhak memperoleh pahala seperti pahala orang yang
mengikutinya, tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa
yang mengajak kepada kesesatan, ia mendapat dosanya seperti dosa orang yang
mengikutinya, tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka. (HR. Muslim, Malik, Abu Daud,dan Turmudzi)[1].
Dari hadits diatas dapat dipahami bahwa
komunikasi dapat berbentuk berbagai macam, seperti ucapan, ajakan, perintah,percakapan
dan sebagainya. Berdasarkan penuturan Al-Mursyid, dakwah adalah sistem dalam
menegakkan penjelasan kebenaran, kebaikan, petunjuk ajaran, memerintahkan
perbuatan ma’ruf, mengungkapkan media-media kebatilan dan metode-metodenya
dengan macam-macam pendekatan, metode, dan media dakwah.
Komunikasi sebagai proses
individu/seseorang (komunikator) yang mengirimkan stimulus (biasanya dalam
bentuk verbal/ kata kata) untuk memberikan pengaruh atau memodifikasi tingkah
laku orang lain (komunikan) [Sosiolog Hovland, Janis dan Kelley, dan
Ruben]. Oleh karena itu penulis akan membahasnya dalam makalah yang berjudul
Komunikator dalam Proses Komunikasi.
II. RUMUSAN MASALAHAN
A.
Pengertian
Kredibilitas
B.
Kredibilitas
Komunikator dan Sumber
C.
Sifat-Sifat
yang Harus Dimiliki Seorang Komunikator
III. PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kredibilitas
Menjadi komunikator atau orang yang pertama memberikan pesan/ide/gagasan
dalam suatu proses komunikasi itu memang tak mudah. Sering kita lihat beberapa
tokoh politik mengiklankan dirinya di media massa besar-besaran dan tentu
saja besar pula biayanya, pesan-pesannya sama sekali tak digubris oleh
khalayak. Hal itu disebabkan salah satu faktor yaitu kredibilitas
komunikator di mata komunikan (khalayak). Kredibilitas adalah seperangkat
persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki komunikator sehingga diterima
atau diikuti oleh komunikan (penerima pesan). Gobbel, Menteri Propaganda Jerman
dalam perang Dunia II mengatakan bahwa untuk menjadi komunikator yang efektif
harus memiliki kredibilitas yang tinggi.
Kredibilitas menurut Aristoteles, bisa diperoleh jika seorang komunikator
memiliki ethos, pathos dan logos.Ethos adalah kekuatan yang
dimiliki pembicara dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya dapat
dipercaya. Phatos ialah kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam
mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos ialah kekuatan yang
dimiliki komunikator melalui argumentasinya.
Sedangkan James Mc-Croskey menjelaskan bahwa kredibilitas seorang
komunikator dapat bersumber dari kompetensi (competence), sikap (charracter),
tujuan (intention), kepribadian (personality), dan dinamika (dynamic).
Kompetensi ialah penguasaan yang dimiliki oleh seorang komunikator pada masalah
yang dibahasnya. Seorang dokter misalnya lebih berkompeten bicara tentang
kesehatannya daripada seorang Insinyur Teknik Sipil, begitu juga sebaliknya.
Sikap ialah menunjukkan pribadi komunikator, apakah ia tegar atau toleran dalam
sebuah prinsip. Tujuan menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan seorang
komunikator punya maksud baik atau tidak. Kepribadian menunjukkan apakah pembicara
memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat. Sedangkan dinamika adalah
menunjukkan apakah hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya justru
membosankan komunikan.
Menurut bentuknya kredibilitas dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu :
1.
Initial Credibility,
yakni kredibilitas yang diperoleh komunikator sebelum proses komunikasi
berlangsung, misalnya pembicara yang sudah punya nama bisa mendatangkan banyak
pendengar, atau tokoh terkenal macam GusDur tulisannya pasti akan dimuat di
surat kabar, meski editornya belum membacanya.
2.
Derived
Credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh
seseorang pada saat komunikasi berlangsung. Misalnya seorang SBY memperoleh
tepukan dari masyarakat, karena pidatonya yang disampaikan bersifat
menyenangkan hati para pendengarnya (masyarakat).
3.
Terminal
Credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh
seorang komunikator setelah pendengar atau pembaca mengikuti ulasanya. Seorang
komunikator yang ingin memperoleh kredibilitas perlu memiliki pengetahuan yang
dalam, pengalaman yang luas serta adanya kekuasaan yang dipatuhi dalam status
sosial yang dihargai[2].
Jadi pada dasarnya kredibilitas seorang komunikator bisa berubah jika
terjadi perubahan khalayak, topik dan waktu. Artinya kredibilitas seorang
pembicara pada suatu tempat belum tentu bisa sama di tempat lain, kalau
khalayaknya berubah. Demikian pula halnya dengan perubahan topik dan waktu,
dalam hal ini komunikator bisa saja menguasai topik tertentu, tapi belum tentu
dengan topik lain. Begitu juga seorang pembicara yang sebelumnya memiliki
kekuasaan bisa didengar oleh orang lain, tetapi ketika ia tidak berkuasa orang
tidak mau lagi mendengarnya. Banyak kasus yang terjadi di Indonesia, contohnya
dulu ketika mantan Menteri Penerangan Harmoko berkuasa, pers selalu memburunya.
Sekarang ketika tak berkuasa, siapa peduli. Dan sebentar lagi musim kampanye
tiba, tentu krdibilitas sangat penting bagi para juru kampanye!
B.
Kredibilitas Komunikator dan Sumber[3]
Konsep kredibilitas menurut Kiousis (dalam Jurnal Mass
Communication and Society, Nov.4, 2001) secara umum terbagi dua,
yaitu; kredibilitas sumber dan kredibilitas medium. Kredibilitas sumber (source
credibility) meliputi konteks-konteks antarpribadi, organisasi, dan
media massa, telah terlibat dalam pengkajian mengenai bagaimana ciri-ciri
komunikator yang berbeda-beda dapat mempengaruhi pemrosesan pesan (O’ Keefe,
1990).
1. Kredibilitas Komunikator
Komunikator didefinisikan sebagai seorang individu, kelompok atau
organisasi. Dalam penelitian tersebut, dampak atribut isi dan pesan pada
kredibilitas sumber juga telah dikaji (Charprasert, 1993). Sebaliknya
penelitian pada kredibilitas medium telah memfokuskan pada saluran (channel)
yang menyalurkan isi (Newhagen, 1997).
Urgensinya komunikasi Islam sebagai suatu dakwah yang merupakan kewajiban
bagi seluruh muslim dimanapun mereka berada, maka seorang komunikator yang
menyampaikan Dakwahnya harus dituntut agar mampu mengolah, dan mengatur setiap
hal yang bersangkutan dengan pelaksanaan dakwahnya, seperti mahir dalam memilih
metode, pesan, dan mengetahui keadaan masyarakat yang akan menerima pesan
dakwahnya.
عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِي صلى الله عليه و سلم اَنَّهُ كَانَ اِذَا
تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَعَادَهَا ثَلَاثًا حَتَّى تَفْهَمَ.
“Dari Anas: dari Nabi SAW bahwa sesungguhnya Nabi apabila mengucapkan
suatu kata-kata diulangnya sampai tiga kali, sehingga orang mangerti
maksudnya”.(HR.Bukhori)[4]
Dari hadits diatas dapat diambil pengertian bahwa Rasulullah ialah contoh
seorang Komunikator yang mempunyai Kredibilatas yang tinggi.
2. Kredibilitas Sumber
Penelitian
awal pada kredibilitas mencari tahu bagaimana modifikasi pada
karakteristik-karakteristik sumber mempengaruhi keinginan orang mengubah
sikapnya terhadap isu-isu tertentu (Hovland, Janis, & Kelley, 1953).
Hovland dkk menemukan bahwa keahlian dan kredibilitas sumber dianggap sebagai
dua atribut penting dari kredibilitas sumber. Meskipun demikian mereka juga
mengakui bahwa dampak pesan dapat juga tergantung publikasi atau
saluran tertentu.
Berlo
dkk, setelah melakukan serangkaian analisis faktor terhadap differential
scales,
menyimpulkan bahwa kredibilitas sumber memiliki tiga dimensi; keselamatan,
kualifikasi dan kedinamisan. Sementara itu, Whitehead (1968) menambahkan
faktor kompetensi dan obyektivitas sebagai komponen penting kredibilitas.
Melihat kenyataan ini dapat dikatakan bahwa para ilmuwan belum memiliki kata
sepakat mengenai kredibilitas sumber (Kiousis, 2001; 383).
Dari semua ide
dari para ilmuwan tersebut maka akan kita dapatkan bahwa kredibilitas sumber
berkaitan dengan beberapa faktor, yaitu: 1) keahlian dan kredibilitas, 2)
keselamatan, kualifikasi dan kedinamisan, dan 3) kompetensi dan obyektivitas.
C. SIFAT-SIFAT YANG HARUS DIMILIKI SEORANG KOMUNIKATOR
1. Pengertian dan Karakteristik
Komunikator
Komunikator adalah pihak
yang mengirim pesan kepada khalayak. Dalam khazanah ilmu komunikasi,
komunikator (communicator) bisa juga bertukar peran sebagai komunikan atau
penerima pesan sehingga komunikator yang baik juga harus berusaha menjadi
komunikan yang baik. Seorang sumber bisa menjadi komunikator/pembicara.
Sebaliknya komunikator/pembicara tidak selalu sebagai sumber. Bisa jadi ia
menjadi pelaksana (eksekutor) dari seorang sumber untuk menyampaikan pesan
kepada khalayak. Pengirim adalah orang yg menyuruh untuk menyampaikan.
Ø Komunikator dibagi dalam dua tipe utama:
a.
Komunikator dengan Cintra Diri Sendiri (The Communicator’s Self Image)
Komunikator tipe
ini lebih mengutamakan kepentingan dirinya sendiri. Proses pengiriman pesan
didasarkan atas keinginan sang komunikator. Mereka mengukur kesuksesan
komunikasi dari segi kesuksesan mencapai target sasaran secara kuantitatif.
Contoh :
Dalam sebuah
seminar sekelompok panitia merasa berhasil dan bangga ketika seminar itu
dihadiri oleh banyak audience, tapi mereka tidak memperdulikan apakah audience
memahami apa yang disampaikan komunikator atau apakah ada feedback atau
respon dari audience.
b.
Komunikator Dengan Citra Khalayak (The communicators image of the audience)
Ø Komunikator dengan citra atau kepentingan khalayak
adalah komunikator yang mencoba memahami kebutuhan audiens. Mereka sedapat
mungkin memperoleh empati dengan hal-hal yang diinginkan oleh khalayak.
Komunikator tipe ini terbagi atas:
i)
Paternalisme (paternalism). Hubungan antara komuikator dengan audiens
seperti hubungan ayah dan anak. Komunikator menganggap fungsi mereka adalah
untuk mendidik dan menginformasikan audiens, semenatara kebutuhan subjektif,
kepentingan dan kesukaan diri mereka tidak terlalu menjadi perhatian.
Contoh:
Iklan layanan masyarakat, misalkan wajib belajar 9
tahun, program KB dll
ii)
Spesialisasi (specialization) ini merupakan proses yang menjadikan
komunikator sebagai bagian dari khalayak yang kepentingan dan kebutuhannya
diketahui.
iii)
Profesionalisasi (profesionalization). Efek ini menyebabkan komunikator
berpikir bahwa mereka kompeten untuk memutuskan isi media dan mengetahui lebih
baik apa yang seharusnya dilakukan untuk khalayak.
Contoh:
Editor, Redaktur pelaksana sebuah majalah/Koran, Dosen
dll
iv)
Ritualisme (ritualism). Komunikator tidak melakukan apa pun yang melebihi usaha
mereka menciptakan keadaan menyenangkan audiens. Mereka menjadikan kumunikasi
sebagai alat untuk membangun atau memperkuat kebersamaan diantara target
khalayak.
Contoh:
Informasi Pelaksanaan kerja bakti diLingkungan,
ceramah dalam mimbar-mimbar keagamaan.
2. Syarat-Syarat Komunikator
a.
Amanah[5]
Amanah (terpercaya) adalah
sifat utama yang harus dimiliki seorang Da’i sebelum sifat-sifat yang lain.
Jika anda renungkan,maka anda dapatkan ia merupakan sifat yang dimiliki oleh
seluruh nabi dan rasul. Karena amanah selalu bersama bersamaan dengan Ash-shidq
(kejujuran), maka tidak ada manusia jujur yang tidak terpercaya, dan tidak ada
manusia terpercaya yang tidak jujur. Kejujuran merupakan hiasan para nabi dan
orang-orang saleh.
b.
Shidq
Adapun shidqyang berarti
kejujuran dan kebenaran, termasuk di antara sifat-sifat dasar yang menjelaskan
potensi dasar seorang pelopor perjuangan.
Rasulullah Saw bersabda,
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى اْلبِرَّ وَإِنَّ اْلبِرَّ
يَهْدِيْ اِلَى اْلجَنَّةَ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُوْنُ صِدِّيْقًا,
وَإِنَّ اْلكَذِبَ يَهْدِيْ اِلَى اْلفُجُوْرِ وَإِنَّ اْلفُجُوْرَ يَهْدِيْ اِلَى
النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَى يُكْتَبَعِنْدَ اللهِ كَذَّابًا.
“Sesungguhnya kejujuran itu
mengantarkan kepada kebajikan dan kebajikan itu mengantar ke surga. Seseorang bersikap jujur sehingga Allah menetapkannya sebagai orang yang jujur.
Sesungguhnya dusta itu mengantarkan kepada perbuatan dosa dan dosa itu
mengantarkan ke neraka. Seseorang bersikap dusta sehingga Allah menetapkannya
sebagai pendusta. (HR. Bukhori dan Muslim).”[6]
Dari hadits diatas kita akan
memahami dan mengerti betapa pentingnya kejujuran itu bagi seorang komunikator
atau da’i dan juga bagi umat muslim secara menyeluruh. Dan Allah juga akan
memberi pahala yang setimpal dengan perbuatan kejujuran tersebut kepada setia
manusia.
c.
Rahmah, dan Rifq[7]
Seorang da’i wajib
mengetahui bahwa risalah yang diembannya untuk seluruh manusia ini adalah
risalah rahmah (kasih sayang), sebagaimana ditegaskan dalam Al-qur’an
yang ditunjukkan kepada Rasulullah Saw,
!$tBur»oYù=yör&wÎ)ZptHôqyúüÏJn=»yèù=Ïj9ÇÊÉÐÈ
107. dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Barangsiapa yang ingin
mendakwahi manusia ke jalan Rahmah, hendaklah ia bersikap kasih sayang terhadap
objek dakwah. Karena orang yang bersikap kasih sayang itu akan mendapat kasih
sayang dari Allah yang Maha Rahman, dan barangsiapa bersikap kasih sayang
terhadap orang-orang yang ada di bumi, dia akan dikasihi oleh yang ada di
langit.
Adapun Rifqialah lemah
lembut. Setiap da’i harus memiliki sifat rifq agar mampu mengendalikan emosi
dan perasaannya. Allah SWT itu Maha Lembut. Dia menyukai kelembutan, dan
memberi kelembutan itu apa yang tidak diberikannya atas kekerasan, dan apa yang
tidak diberikannya atas selainnya. Rasulullah Saw bersabda kepada ‘Aisyah r.a.
عَلَيْكِ بِالرِّفْقِ وَ إِيَّاكِ وَاْلعُنْفَ
وَاْلفُحْشَ.
“Hendaklah kamu bersikap
lemah-lembut dan janganlah bersikap kasar dan keji. (HR. Bukhari).”
Diperlukan persyaratan
tertentu untuk para komunikator dalam sebuah program komunikasi, baik dalam
segi sosok kepribadian maupun dalam kinerja kerja. Dari segi kepribadian, agar
pesan yang disampaikan bisa diterima oleh khalayak maka sseorang komunikator mempunyai
hal berikut:
d.
Kepandaian
Komunikator yang menguasai
teknik bicara & menulis surat memilih simbol/lambang yang tepat. Cukup
membangkitkan minat pendengar,pembaca & dapat memberikan
keterangan-keterangan secara sistematis serta mudah ditangkap.
e.
Sikap komunikator
Sikap sombong, angkuh
menyebabkan pendengar muak dan menolak uraian dari komunikator.Sikap ragu-ragu
menyebebkan pendengar kurang percaya terhadap uraian komunikator.Tetapi sokap
tegas akan menyebabkan pendengar percaya dan sikap ini harus bersumber pada
hubungan kemanusiaan (human relaton).Makin baik hubungan kemanusiaannya makin
lancarlah komunikasi.
f.
Pengetahuan Komunikator
Komunikator yang kaya akan
pengetahuan dan menguasai secara mendalam apa yang akan disampaikan akan lebih
mudah menyampaikan uraian-uraian yang mudah menemukan contoh-contoh, sehingga
komunikasinya makin lancar.
g.
Sistem sosial
Dalam hal ini ada dua macam
sistem sosial, yaitu :
1.
Sistem sosial yang bersifat formal (organisasi)
2.
Sistem sosial nonformal (susunan masyarakat biasa)
h.
Keadaan lahiriah komunikator
Terutama dalam komunikasi
lisa, suara yang mantap, ucapan yang jelas, lagak lagu yang baik, serta gerakan
tangan yang sehat dapat mendukung pembicaraan.
i.
Memiliki kedekatan dengan khalayak.
Jarak seseorang dengan sumber
memengaruhi perhatiannya pada sepsan tertentu. Semakin dekat jarak semakin
besar pula peluang untuk terpapar pesan itu. Hal ini terjadi dalam arti jarak
secara fisik ataupun secara sosial.
Kesamaan (similirity)
merupakan faktor penting lainnya yang memengaruhi penerimaan pesan oleh
khalayak. Kesamaan ini antara lain meliputi gender, pendidikan, umur, agama,
latar belakang sosial, ras, hobi, dan kemampuan bahasa. Kesamaan juga bisa
meliputi maslah sikap dan orientai terhadao berbagai aspek seperti buku, musik,
pakaian, pekerjaan, keluarga, dan sebagainya. Preferensi khalayak terhadap
seorang komunikator berdasarkan kesamaan budaya, agama, ras, pekerjaan, dan
pendidikan berpengaruh terhadap proses seleksi, interpretasi, dan pengingatan
pesan sepanjang hidupnya.
Dikenal kredibilitasnya dan
otoritasnya. Khalayak cenderung memerhatikan dan mengingat pesan dari sumber
yang mereka percata sebagai orang yang memiliki pengalaman dan atau pengetahuan
yang lias. Menurut Ferguson, ada dua faktor kredibilitas yang sangat penting
untuk seorang sumber: dapat dipercaya (trustworthiness) dan keahlian
(expertise). Faktor-faktor lainnya adalah tenang/sabar (compusere), dinamisn,
bisa bergaul (sociability), terbuka (extroversion) dan memiliki kesamaan dengan
audiens.
Menunjukkan motivasi dan
niat. Cara komunikator menyampaikan pesan berpengaruh terhadap audiens dalam
memberi tanggapan terhadap pesan tersebut. Respon khlayak akan berbeda
menanggapi pesan yang ditunjukkan untuk kepentingan informasi (informative)
dari pesan yang diniatkan untuk meyakinkan (persuasive) mereka.
Pandai dalam cara
penyampaian pesan Gaya komunikator menyampaikan (delivery) pesan juga
menjadi faktor penting dalam proses penerimaaninformasi.
IV. KESIMPULAN
Kredibilitas menurut Aristoteles, bisa diperoleh jika seorang komunikator
memiliki ethos, pathos dan logos. Ethos adalah kekuatan yang
dimiliki pembicara dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya dapat
dipercaya. Phatos ialah kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam
mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos ialah kekuatan yang
dimiliki komunikator melalui argumentasinya.
Sedangkan James Mc-Croskey menjelaskan bahwa kredibilitas seorang
komunikator dapat bersumber dari kompetensi (competence), sikap (charracter),
tujuan (intention), kepribadian (personality), dan dinamika (dynamic).
Kompetensi ialah penguasaan yang dimiliki oleh seorang komunikator pada masalah
yang dibahasnya. Seorang dokter misalnya lebih berkompeten bicara tentang
kesehatannya daripada seorang Insinyur Teknik Sipil, begitu juga sebaliknya.
Sikap ialah menunjukkan pribadi komunikator, apakah ia tegar atau toleran dalam
sebuah prinsip. Tujuan menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan seorang
komunikator punya maksud baik atau tidak. Kepribadian menunjukkan apakah
pembicara memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat. Sedangkan dinamika
adalah menunjukkan apakah hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya
justru membosankan komunikan.
V. PENUTUP
Demikianlah makalah
yang dapat kami buat, tentu didalamnya masih banyak kesalahan kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai penulis mengharap kritik
dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini, atas perhatiannya saya
ucapkan banyak terimakasi, semoga makalah ini bisa bermanfaat. Amin.